Sulawesi Tenggara – Ruruhi menjadi spesies baru keluarga Myrtaceae (suku jambu-jambuan) dari Sulawesi Tenggara (Sultra). Kesimpulan itu berdasarkan hasil penelitian kolaborasi antara Kurator Herbarium Bandungense Sekolah Ilmiah dan Teknologi Hayati (SITH) Institut Pertanian Bogor (ITB), Arifin Surya Dwipa Irsyam, bersama dua peneliti Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN), Irfan Martiansyah dan Muhammad Rifqi Hariri.
Penelitian kolaborasi berhasil mengidentifikasi spesies baru genus Syzygium yang berasal dari Sultra. Tumbuhan yang dikenal masyarakat Sultra dengan nama ruruhi itu kini resmi diberi nama latin Syzygium rubrocarpum. Hasil identifikasi ruruhi kemudian dituangkan dalam makalah yang diterbitkan jurnal ilmiah Phytotaxa dengan judul “Syzygium rubrocarpum (Myrtaceae): a new species of Wallacean Syzygium with red-colored globose berries” pada 19 Agustus 2025.
Penelitian itu awalnya datang dari pengamatan Irfan Martiansyah terhadap koleksi hidup di Kebun Raya Bogor yang dikumpulkan peneliti senior Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI), Subekti Purwantoro, sejak 1996. Koleksi itu ditanam di Blok XII.B.VIII.58. Pengamatan menunjukkan perbedaan mencolok antara ruruhi dan spesies Syzygium wallacea lainnya. Perbedaan utama ruruhi terlihat dari bentuk buah yang bulat dan warna merah terang.

Arifin Surya Dwipa Irsyam mengatakan dua ciri utama membedakan ruruhi dan gowok yang merupakan kerabat dekat. Ruruhi memiliki perbungaan berbatas yang tumbuh di batang utama. Sementara gowok memiliki perbungaan malai yang tumbuh pada ranting. Selain itu, ruruhi menghasilkan buah bulat berwarna merah terang, sedangkan gowok ungu kehitaman menyerupai kulit manggis.
“Kami temukan postingan di Facebook yang menjual buah ruruhi. Ternyata buah tersebut cocok dengan koleksi hidup di Kebun Raya Bogor, sehingga makin menguatkan bukti bahwa ini adalah jenis baru,” kata Arifin, Senin (25/8/2025).
Selama ini, ruruhi sering disebut sebagai Syzygium polycephalum dalam berbagai penelitian. Padahal keduanya adalah spesies berbeda. Kesalahan identifikasi membuat banyak publikasi ilmiah merujuk pada nama yang keliru. Penelitian terbaru dari BRIN dan ITB pun meluruskan hal tersebut dengan bukti morfologi dan molekuler. Penemuan ruruhi menegaskan kaya dan belum terungkapnya keanekaragaman hayati Indonesia, sekaligus menjadi pengingat bahwa bahkan tumbuhan yang sudah diperdagangkan di masyarakat bisa saja merupakan spesies baru.

Post Views: 44