Kendari – Dua siswa Sekolah Menengah Atas Negeri (SMAN) 1 Kendari, Bima Sutaprawira dan Fasya Indira Kirsya Aurellia, terpilih mewakili Indonesia pada ajang Asia Youth International Model United Nations (AYIMUN) 2025 yang akan berlangsung di Bangkok, Thailand, pada 21 – 25 November 2025.
Keduanya berhasil lolos seleksi nasional dan akan bergabung dengan ratusan delegasi muda dari berbagai negara dalam simulasi sidang Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB). Dalam ajang AYIMUN 2025 ini, para peserta berperan sebagai perwakilan negara dan membahas berbagai isu global yang diangkat dalam forum internasional tersebut.
Bima Sutaprawira, siswa kelas XI A1, mengatakan AYIMUN menjadi wadah pembelajaran sekaligus pengalaman berharga bagi generasi muda untuk memahami isu internasional dan berdiplomasi layaknya delegasi PBB.

“Kegiatannya seperti simulasi sidang PBB. Kita menjadi delegasi dari negara yang sudah ditentukan oleh panitia AYIMUN. Saya sendiri mendapat negara Vietnam dengan topik pembahasan tentang hukuman mati, apakah masih layak diterapkan atau tidak,” ujar Bima saat ditemui di sekolahnya, Senin (13/10/2025).
Ia menjelaskan, sebelum mengikuti kegiatan di Bangkok, para peserta diwajibkan menulis position paper sebagai bentuk pandangan resmi negara yang diwakili terhadap topik yang dibahas.
“Saya menulis tentang kondisi hukum dan penerapan hukuman mati di Vietnam, serta pandangan negara itu terhadap isu tersebut,” katanya.
Sementara itu, Fasya Indira Kirsya Aurellia, siswi kelas XII A1, mengungkapkan proses seleksi AYIMUN dilakukan secara terbuka untuk pelajar di seluruh Indonesia. Ia menjelaskan, seleksi dilakukan melalui pengisian identitas diri, penulisan motivation letter, dan esai mengenai alasan serta kesiapan mengikuti forum internasional tersebut.
“Proses seleksinya berupa motivation letter dan esai. Di situ kami diminta menjelaskan alasan kenapa layak diterima dan apa yang bisa kami kontribusikan. Saya menulis tentang latar belakang saya di dunia debat karena sejak SMP saya sudah aktif di kegiatan debat,” jelas Fasya.
Fasya menyebut, dari banyak peserta Indonesia yang mendaftar, hanya sedikit yang lolos. Dari Sulawesi Tenggara (Sultra), hanya dirinya dan Bima yang berhasil terpilih. Ia juga mendapat topik yang sama dengan Bima, yakni tentang hukuman mati.
“Saya mewakili negara Kanada dalam dewan UNHRC (United Nations Human Rights Council). Kanada sudah menghapus hukuman mati sejak 1998, jadi saya akan membawa pandangan negara tersebut yang menolak penerapan hukuman mati,” ungkapnya.
Menurut Fasya, kegiatan AYIMUN menjadi pengalaman berharga untuk meningkatkan kemampuan berbicara di depan umum dan memperluas wawasan tentang diplomasi global.
“Ini kesempatan besar untuk belajar berkomunikasi dan berdiskusi di forum internasional,” tambahnya.
Kepala SMAN 1 Kendari, Ruslan, menyampaikan apresiasinya atas keberhasilan dua siswanya yang menembus ajang internasional tersebut. Ia menyebut sekolah terus berupaya mendukung dan memfasilitasi potensi siswa baik di bidang akademik maupun nonakademik.
“Anak-anak kami dorong untuk berprestasi tidak hanya di bidang akademik, tetapi juga di bidang nonakademik. Kami ingin mereka berkembang sesuai bakat dan minatnya. Prestasi yang diraih Bima dan Fasya ini menjadi kebanggaan bagi sekolah dan juga bagi daerah,” kata Ruslan.
Ruslan menambahkan, SMAN 1 Kendari berkomitmen mencetak generasi unggul yang siap bersaing di tingkat nasional maupun internasional. Ia berharap keikutsertaan dua siswanya di AYIMUN 2025 dapat menginspirasi pelajar lain untuk berani mengambil peluang dan mengasah kemampuan berpikir kritis serta kepemimpinan.
“Kami selalu membuka ruang dan jaringan agar anak-anak bisa berkompetisi di tingkat daerah, nasional, maupun internasional. Semoga Bima dan Fasya bisa memberikan yang terbaik untuk Indonesia,” tutupnya.
Nah sekarang Makin Tahu Indonesia kan!!
Post Views: 135