Kendari – Sekretaris Umum Akuatik Indonesia Pengprov Sulawesi Tenggara (Sultra), Muh. Zulfikar, menyampaikan kekecewaan mendalam terhadap pengelolaan kolam renang di Gelanggang Olahraga Renang Sultra yang dinilai menghambat proses pembinaan atlet.
Ia menyoroti sejumlah kejadian yang dianggap tidak mendukung semangat pembinaan prestasi, padahal kolam renang tersebut sebelumnya direhabilitasi untuk keperluan atlet. Apalagi, sejak tahun 1993 kolam renang dibangun sampai saat ini, tim Akuatik Sultra telah berhasil mencetak sejarah masuk final di 3 nomor yang diperlombakan pada PON Aceh-Medan lalu, salah satunya berhasil finish di peringkat 6.
Namun, sangat disayangkan insiden terbaru terjadi pada sesi latihan dan pembinaan, Sabtu (21/6/2025) sore, saat para atlet sedang rehat untuk salat.

Tanpa pemberitahuan, pengelola tiba-tiba menurunkan zat kimia pembunuh bakteri ke dalam kolam yang diduga kaporit, tawas, atau TCC. Menurutnya, hal ini sangat berisiko bagi keselamatan atlet, terutama jika mengenai kulit.
Ia juga menegaskan bahwa selama ini pihaknya tidak mendapat dukungan fasilitas listrik dari pengelola. Untuk bisa melatih di malam hari, pihak Akuatik membeli token dan memasang instalasi listrik sendiri. Selain itu, waktu latihan atlet yang berlangsung pada pukul 16.30 – 20.00 Wita, kerap terganggu.
“Kolam ini sejak awal direhab berdasarkan usulan KONI Sultra agar bisa dipakai untuk pembinaan prestasi. Tetapi justru sekarang lebih diarahkan ke kepentingan umum. Kami bukan menolak kolam ini dibuka untuk masyarakat, tetapi jangan sampai atlet dikorbankan,” ujarnya.
Zulfikar juga membeberkan bahwa kedalaman kolam, yang mencapai 3 meter, dirancang dengan melibatkan pengurus Akuatik Sultra agar sesuai dengan standar nasional. Hal ini terbukti mendukung prestasi para atlet.
Namun, dukungan nyata di lapangan justru tidak terlihat. Beberapa atlet bahkan pernah diminta membayar biaya masuk selama sekitar enam bulan terakhir, sebelum ada bantuan dari salah satu pejabat daerah agar anak-anak tersebut bisa berlatih gratis.
Ia juga menilai akar masalah ini adalah minimnya koordinasi dan tidak sinkronnya antara kebijakan pimpinan daerah dengan pelaksanaan di lapangan. Padahal, Gubernur Sultra telah memberikan dukungan penuh terhadap pembinaan atlet, termasuk mempermudah akses ke fasilitas.
“Gubernur sudah sampaikan jangan ada sekat bagi atlet, apalagi dipersulit. Tetapi orang-orang di lapangan tidak mengindahkan arahan itu. Kami merasa dibatasi dan terhambat dalam pembinaan,” ucapnya.
Saat ini, sebanyak 40 atlet binaan Akuatik Sultra rutin menjalani latihan di kolam renang tersebut. Zulfikar berharap pihak pengelola bisa lebih terbuka, kooperatif, dan benar-benar menjadikan kolam tersebut sebagai fasilitas utama untuk pengembangan prestasi olahraga air di Sultra.
“Kami tidak minta lebih. Hanya ingin agar fasilitas yang sudah dibangun ini bisa dimanfaatkan sebagaimana tujuannya, untuk mencetak prestasi, bukan malah mempersulit para atlet kita,” pungkasnya.
Post Views: 48