Muna – Farhan (13), siswa kelas delapan Sekolah Menengah Pertama Negeri (SMPN) 1 Satu Atap (Satap) harus menempuh cara unik dan menantang demi mengakses jaringan internet untuk mengerjakan tugas sekolah. Ia memanfaatkan rumah pohon setinggi 20 meter di Desa Lamanu, Kecamatan Kabawo, Kabupaten Muna, Sulawesi Tenggara (Sultra).
Rumah pohon itu terletak tepat di belakang rumahnya. Dibuat oleh kakaknya dari material sederhana berupa balok kayu dan papan, bangunan kecil tersebut berdiri di antara dahan-dahan pohon mangga, hanya beratapkan tenda plastik seadanya. Tempat itu kini menjadi satu-satunya lokasi yang bisa diandalkan untuk mengakses jaringan internet di desanya.
“Rumah pohon ini dibuat kakak supaya bisa dapat jaringan. Kalau di bawah, sama sekali tidak ada sinyal,” kata Farhan kepada Kendariinfo, Minggu (18/5/2025).
Tidak ada tangga untuk mencapai rumah pohon. Farhan harus memanjat batang pohon mangga, merayap pada dahan hingga sampai ke atas. Meski berisiko, kegiatan itu sudah menjadi kebiasaannya.
Bahkan, ketika Farhan tidak sempat menyelesaikan tugas sekolah pada siang hari, ia tetap naik ke atas rumah pohon saat malam. Dalam kondisi gelap tanpa penerangan, Farhan hanya mengandalkan cahaya lampu dari dapur rumahnya yang masih terlihat samar dari ketinggian.
“Kalau malam, saya tetap naik kalau belum selesai tugas. Tidak ada lampu di atas. Jadi hanya pakai cahaya dari dapur rumah dan senter handphone ,” ucapnya.
Rumah pohon itu dapat menampung hingga empat orang dalam satu waktu. Namun, Farhan lebih sering naik sendiri. Menurutnya, untuk bisa mengakses internet, seseorang harus benar-benar sampai di bagian tertinggi dari rumah pohon.
“Kalau ada tugas, saya memang harus naik, karena di bawah susah sekali dapat jaringan,” jelasnya.
Meski harus menghadapi risiko setiap kali memanjat, Farhan mengaku tidak pernah merasa takut. Ia menganggap semua itu bagian dari perjuangan untuk menempuh pendidikan. Di tengah keterbatasan, ia tetap bersemangat menjalankan kewajiban sebagai pelajar.
Kisah Farhan mencerminkan potret nyata perjuangan siswa di daerah pelosok yang masih berada dalam zona blank spot atau minim jaringan internet. Sebagian pelajar seperti Farhan justru harus menghadapi tantangan infrastruktur yang belum memadai. Sementara akses digital menjadi bagian penting dalam sistem pendidikan saat ini.
Kondisi serupa juga dialami siswa Sekolah Menengah Atas Negeri (SMAN) 1 Kabawo, Almunawarah dan Arman, yang dalam sebuah video meminta bantuan kepada Presiden Prabowo Subianto dan Bupati Muna Bachrun Labuta agar membangun tower pemancar di Desa Lamanu.
Kepala Dinas Komunikasi dan Informatika (Diskominfo) Kabupaten Muna, Muh. Haidar, menyatakan pihaknya telah menerima informasi tersebut. Diskominfo Muna sedang mengajukan permohonan kepada Kementerian Komunikasi dan Digital (Komdiga) untuk pembangunan tower telekomunikasi pada 32 titik, termasuk di Lamanu.
“Desa Lamanu termasuk wilayah blank spot. Kami sudah mengajukan proposal ke Komdigi dan tinggal menunggu tanggapan dari pihak terkait. Kami juga merasa prihatin atas kondisi ini,” kata Haidar, Senin (19/5/2025).
Sementara menunggu respons pemerintah pusat, para pelajar di Lamanu masih harus bergantung pada ketinggian, seperti rumah pohon milik Farhan agar tetap terhubung dengan dunia pendidikan. Meski dengan keterbatasan, semangat belajar mereka tak pernah padam.
Siswa di Muna Panjat Pohon Mangga 20 Meter demi Internet untuk Kerjakan Tugas Sekolah
Post Views: 115