QRIS Dorong Omzet dan Digitalisasi UMKM di Sultra, BRI Kendari Ungkap Dampaknya

13 hours ago 1

Kendari – Transformasi digital pelaku usaha mikro, kecil, dan menengah (UMKM) di Sulawesi Tenggara (Sultra) terus menunjukkan tren positif. Salah satu indikatornya adalah peningkatan jumlah pelaku usaha yang menggunakan sistem pembayaran digital QRIS (Quick Response Code Indonesian Standard).

Hingga akhir Desember 2024, tercatat sebanyak 173.964 pelaku usaha di Sultra telah mengadopsi QRIS, dengan sekitar 97 persen di antaranya merupakan UMKM binaan Bank Rakyat Indonesia (BRI).

Pimpinan Cabang BRI Kendari Samratulangi, Evand Erlangga, menyampaikan penggunaan QRIS terbukti memberikan dampak nyata terhadap peningkatan omzet dan efisiensi transaksi pelaku UMKM.

“Dengan QRIS, transaksi menjadi lebih cepat, praktis, dan aman. Pembeli tidak perlu repot membawa uang tunai, dan penjual bisa menjangkau konsumen yang lebih luas,” katanya saat ditemui di Kendari, Selasa (29/4/2025).

Evand menjelaskan QRIS juga memudahkan pelaku usaha dalam pencatatan keuangan, karena semua transaksi tercatat secara digital. Hal itu sekaligus menjadi modal penting bagi UMKM untuk mendapatkan akses pembiayaan dari perbankan.

“Digitalisasi ini bukan sekadar soal pembayaran, tetapi bagian dari ekosistem pemberdayaan UMKM secara menyeluruh,” jelasnya.

Meski demikian, Evand tak menampik masih adanya tantangan di lapangan. Beberapa kendala yang dihadapi pelaku usaha kecil antara lain keterbatasan perangkat, seperti smartphone, ketidakstabilan jaringan internet daerah pelosok, serta kurangnya pemahaman tentang teknologi digital.

“Masih banyak yang awam, bahkan merasa canggung menggunakan aplikasi. Karena itu, edukasi jadi kunci,” ujarnya.

Untuk mengatasi tantangan tersebut, BRI secara aktif melakukan edukasi dan pendampingan kepada para pelaku usaha binaannya. Melalui program-program seperti BRIncubator dan UMKM BRILian, pelaku usaha diberi pelatihan penggunaan QRIS, literasi digital, hingga manajemen keuangan dasar. “Kami ingin mereka tidak hanya melek digital, tapi juga naik kelas dalam hal pengelolaan usaha,” kata Evand.

Salah satu pelaku UMKM binaan BRI, Rahmawati (35), pemilik usaha minuman herbal di Kendari, mengaku omzetnya meningkat sejak menggunakan QRIS. “Dulu banyak pembeli batal beli, karena saya tidak terima transfer atau kartu. Sekarang tinggal scan, mereka senang, saya juga cepat terima uangnya,” tuturnya.

QRIS juga membuatnya lebih mudah mencatat pendapatan harian. “Tidak perlu catat manual lagi. Uangnya masuk langsung ke rekening, jadi tahu pasti berapa yang didapat,” kata Rahmawati.

Dari sisi konsumen, tren transaksi non-tunai melalui QRIS juga terus berkembang. Masyarakat menilai metode ini lebih aman, higienis, dan praktis, terlebih sejak pandemi COVID-19. “Anak muda sekarang rata-rata nggak bawa uang kes, semua serba digital. Kalau penjual nggak punya QRIS, mereka bisa pindah ke tempat lain,” tambah Evand.

Melalui kolaborasi antara edukasi dan teknologi, BRI optimistis transformasi digital di kalangan UMKM bisa terus berkembang. Evand berharap adopsi QRIS bukan hanya menjadi tren, tetapi menjadi budaya baru dalam menjalankan usaha. “Dengan QRIS, pelaku UMKM punya peluang lebih besar untuk tumbuh, bersaing, dan terhubung dengan pasar digital nasional maupun global,” pungkasnya.

Post Views: 81

Read Entire Article
Rapat | | | |