Pengelola Tepis Isu Potensi Gempa Magnitudo 7,0 di Bendungan Ameroro dan Ladongi, Sultra

6 days ago 17

Kendari – Pengelola Bendungan Ameroro, Kabupaten Konawe, dan Bendungan Ladongi, Kabupaten Kolaka Timur (Koltim), menepis isu adanya potensi terjadinya gempa dengan magnitudo 7,0 di Sulawesi Tenggara (Sultra).

Kepala Unit Pengelola Bendungan (UPB) Balai Wilayah Sungai (BWS) Sulawesi IV Kendari, Sunoto Prayitno, menyebut isu yang tersebar di media sosial tidak benar alias hoaks. Olehnya itu, ia mengimbau masyarakat tidak mudah percaya informasi di media sosial yang belum terkonfirmasi kebenarannya.

“Pihak BWS dan BMKG akan terus memberikan informasi kepada masyarakat terkait kondisi yang terjadi saat ini,” ujar Sunoto, Rabu (29/1/2025).

Data dari BMKG, sejumlah wilayah di Sultra memang terjadi rentetan gempa tektonik dengan kekuatan bervariasi. Sejak 24 Januari 2025 pukul 21.37 Wita hingga 30 Januari 2025 pukul 07.18 Wita, total gempa mencapai 219 kali.

Menurut analisa BMKG, pusat gempa berada di tenggara Lalolae, Kabupaten Koltim, yang menjadikan masyarakat daerah itu paling banyak merasakan getaran. Gempa yang berpusat di Koltim juga dirasakan di sejumlah daerah, di antaranya Kolaka, Konawe, Konawe Selatan, dan Kota Kendari.

Sunoto mengatakan, terkait adanya rentetan gempa yang terjadi, kondisi Bendungan Ladongi dan Bendungan Ameroro dipastikan tetap aman. Sejak gempa pertama terjadi, pihaknya langsung melakukan pemeriksaan luar biasa terhadap dua bendungan tersebut.

“Hal ini sesuai dengan Surat Edaran Menteri PUPR No. 08/SE/M/TAHUN 2022 tentang Pedoman Pemeriksaan Luar Biasa Bendungan Pascagempa,” katanya.

Hasil pemeriksaan luar biasa, kedua bendungan masih dalam kondisi sangat aman. Tidak ditemukan adanya pergerakan konstruksi dua bendungan tersebut.

“Kami sudah melakukan pemeriksaan luar biasa, baik di tubuh bendungan, sandaran bendungan, di terowongan, dan yang lainnya. Kami sudah melakukan identifikasi secara keseluruhan di Bendungan Ladongi dan Ameroro. Kondisinya masih aman semua, belum ada pergerakan,” ucapnya.

Sunoto menegaskan pihaknya terus berkoordinasi dan memperbarui informasi dari BMKG. Informasi sekecil apa pun dari BMKG akan langsung ditindaklanjuti dengan melakukan pengecekan lapangan.

“Artinya setiap kejadian yang ada, kami langsung melakukan inspeksi secara langsung dan menyeluruh,” tambahnya.

Sunoto juga menjelaskan bendungan tersebut sudah dilengkapi Early warning system (EWS) yang langsung merekam dan menyampaikan kekuatan getaran gempa. Jika kekuatan gempa sudah melebihi ambang batas aman, alarm yang dipasang di beberapa titik EWS di sekitar bendungan akan berbunyi. Selain adanya EWS bendungan, BWS juga menyiagakan petugas. Petugas akan memantau aktivitas bendungan secara langsung selama 24 jam.

“Jadi jangan terpengaruh dengan informasi yang beredar,” pungkasnya.

Post Views: 78

Read Entire Article
Rapat | | | |