25 Tahun Terabaikan, Warga Lambuya Blokade Jalan Penghubung Tiga Kabupaten di Konawe

13 hours ago 8

Konawe – Warga Kecamatan Lambuya, Kabupaten Konawe, Sulawesi Tenggara (Sultra), memblokade Jalan Poros Lambuya – Motaha, Sabtu (26/7/2025). Aksi itu dilakukan sebagai bentuk protes atas kerusakan parah jalan di wilayah tersebut yang tak kunjung diperbaiki selama 25 tahun.

Jalan yang memiliki panjang sekitar 20 kilometer itu merupakan akses vital yang menghubungkan tiga kabupaten, yakni Konawe, Konawe Selatan (Konsel), dan Kolaka Timur (Koltim). Namun hingga kini, jalan tersebut belum mendapat perhatian serius dari pemerintah.

Aksi blokade dilakukan sejak Selasa (22/7), dengan mendirikan tenda di tengah badan jalan. Hingga kini aksi blokade masih berlangsung dan belum satu pun perwakilan pemerintah yang menemui warga.

 Istimewa.Aksi warga Kecamatan Lambuya, Kabupaten Konawe memblokade jalan penghubung Lambuya – Motaha sebagai bentuk protes karena tidak adanya perbaikan jalan selama 25 tahun. Foto: Istimewa.

Salah seorang warga bernama Rere menegaskan, jalan tersebut bukan sekadar jalan desa. Melainkan penghubung penting untuk tiga kabupaten.

“Ini bukan sekadar jalan desa, ini jalur utama penghubung tiga kabupaten. Tetapi sudah puluhan tahun dibiarkan rusak,” kata Rere.

Ia menggambarkan kondisi jalan berubah menjadi kubangan saat musim hujan, dan penuh debu saat kemarau. Kerusakan itu membuat aktivitas warga terganggu, kendaraan sering rusak, anak-anak kesulitan ke sekolah, dan hasil pertanian sulit dipasarkan.

Dalam aksinya, warga menuntut agar Pemerintah Provinsi (Pemprov) Sultra turun tangan. Masyarakat menilai perbaikan jalan bukan hanya tanggung jawab kabupaten, tetapi sudah sepatutnya menjadi prioritas provinsi karena fungsinya sebagai jalur konektivitas antarwilayah.

“Kami ingin Gubernur Sultra datang lihat langsung. Kami tidak akan buka blokade sampai ada kepastian, bukan hanya janji,” tegas Rere.

Ia menambahkan, blokade jalan itu menjadi simbol perlawanan masyarakat kecil yang sudah terlalu lama diabaikan. Menurutnya, jalan adalah urat nadi kehidupan. Jika akses dasar saja tidak diperhatikan, maka cita-cita pemerataan pembangunan hanyalah ilusi.

Kini, warga berharap pemerintah tidak lagi menutup mata terhadap jeritan rakyat yang setiap hari berjibaku melewati jalan rusak demi bertahan hidup.

Post Views: 5

Read Entire Article
Rapat | | | |