Muna – Jauh dari kampung halaman, seorang anak muda asal Kabupaten Muna, Sulawesi Tenggara (Sultra) bernama Rasmin menyimpan rindu yang dalam kepada keluarganya, terutama sang ibu. Bukan lewat pesan singkat atau telepon panjang, tetapi menyampaikan rindunya melalui cara yang berbeda, lantunan lagu daerah yang dinyanyikan penuh penghayatan.
Rasmin kini tinggal di Papua, meniti hidup sebagai pedagang kecil. Di balik kesederhanaan hidupnya, ia menyimpan bakat besar di bidang musik. Ia memiliki suara merdu dan mampu memainkan berbagai alat musik, mulai dari piano, gitar, seruling, hingga gambus. Tak heran, video-videonya saat menyanyi di media sosial kerap ditonton banyak orang. Lagu-lagu yang ia bawakan, terutama lagu daerah Kabupaten Muna, sering menyentuh hati pendengar.
Salah satu lagu yang paling sering dinyanyikanya berjudul “Ina Nokamba Laloku”. Lagu tersebut memiliki arti mendalam bagi Rasmin. Bukan hanya soal melodi, tapi liriknya menggambarkan kasih anak kepada ibu yang penuh pengorbanan.

“Kalau saya rindu ibu, saya nyanyi lagu itu. Rasanya seperti lagi bicara langsung dengan beliau,” ujar Rasmin kepada Kendariinfo, Jumat (11/7/2025).
Pemuda kelahiran Laiba, 24 Januari 2004 itu merupakan anak sulung dari empat bersaudara. Ia berasal dari Desa Wantiworo, Kecamatan Kabawo, Kabupaten Muna. Ayahnya telah lama meninggal dunia, dan kini ibunya seorang diri bekerja sebagai petani kebun untuk mencukupi kebutuhan hidup.
Rasmin mengenyam pendidikan di SMKN 1 Tongkuno. Sejak kecil, ia suka musik. Ia juga sering tampil di acara-acara atau hajatan desa. Suaranya yang khas membuatnya dikenal oleh banyak orang di kampungnya. Namun, setelah lulus, ia memilih merantau ke tanah Papua, mencari penghidupan yang lebih baik demi membantu keluarganya.
Uang hasil dagang ia gunakan untuk kebutuhan sehari-hari, dan sebagian lainnya dikirim ke kampung. Rasmin mengaku, apa yang ia lakukan bukan hanya demi diri sendiri, melainkan bentuk bakti kepada ibunya yang telah membesarkannya dengan penuh perjuangan.
“Orang tua selalu bilang, tidak apa-apa kerja apa saja, asal halal. Itu yang saya pegang. Di sini saya berdagang, dan sesekali kalau ada waktu saya rekam lagu, buat konten. Alhamdulillah banyak yang nonton,” ungkapnya.
Melalui media sosial (medsos), Rasmin bukan hanya menyampaikan rasa rindu, tetapi juga memperkenalkan kekayaan musik daerah atau penggerak budaya Kabupaten Muna kepada khalayak luas. Ia percaya, budaya harus tetap hidup, meski dirinya kini tinggal jauh dari tanah kelahiran.
Bagi Rasmin, musik bukan sekadar hiburan, tetapi ruang untuk bercerita dan menyampaikan isi hati. Ia punya mimpi sederhana, sukses sebagai anak rantau, dan suatu hari bisa pulang ke kampung dengan kebanggaan di hadapan ibunya.
“Kalau saya berhasil, saya ingin banggakan mama. Saya hanya ingin tunjukkan bahwa anak seorang tukang kebun juga bisa sukses,” katanya.
Rasmin berharap, kisah hidupnya menjadi cerminan dan semangat bagi anak muda dari pelosok negeri. Sederhana, tapi penuh cinta dan cita-cita. Dari ujung Papua, ia membuktikan bahwa suara rindu tak pernah benar-benar jauh, selama masih ada lagu yang dinyanyikan dengan tulus.
Post Views: 19