Kendari – Puskesmas Mekar, Kecamatan Kadia, Kota Kendari terus menunjukkan komitmennya dalam menekan angka stunting melalui berbagai program intervensi gizi yang menyasar kelompok rentan, seperti remaja putri dan ibu hamil.
Program itu dilaksanakan secara intensif di wilayah kerja mereka, khususnya di Kecamatan Kadia, sebagai bagian dari upaya mendukung target nasional percepatan penurunan stunting.
Kepala Puskesmas Mekar, Kumala Sari mengatakan, intervensi dilakukan secara spesifik dengan menyasar langsung penyebab utama stunting, yakni kekurangan gizi kronis dan infeksi berulang. Fokus utama program tersebut adalah pada periode krusial 1.000 Hari Pertama Kehidupan (HPK), sejak masa kehamilan hingga anak berusia dua tahun.

“Remaja putri dan ibu hamil menjadi kelompok yang kami prioritaskan karena mereka memiliki peran penting dalam menentukan kondisi kesehatan anak sejak dalam kandungan,” ujar Kumala, Senin (7/7/2025).
Jelas Kumala, Puskesmas Mekar menjalankan program pemberian makanan tambahan lokal sebanyak enam kali selama masa kehamilan, kepada ibu hamil yang memeriksakan diri secara rutin ke puskesmas. Tujuannya untuk mencukupi kebutuhan gizi harian demi mendukung tumbuh kembang janin agar optimal dan mencegah risiko stunting sejak dini.
“Untuk ibu hamil, kami berikan makanan tambahan lokal enam kali. Sementara remaja putri di sekolah-sekolah mendapatkan tablet penambah darah secara rutin. Ini penting agar mereka tidak mengalami anemia, yang sangat berisiko saat kehamilan nanti,” jelas Kumala.
Pemberian tablet tambah darah dilakukan secara langsung di sekolah-sekolah, menyasar siswi tingkat SMP dan SMA, dengan pendekatan edukatif serta kolaborasi bersama guru dan orang tua. Sedangkan pemberian makanan tambahan difokuskan kepada ibu hamil yang datang ke Puskesmas Mekar untuk pemeriksaan rutin.

Kumala menerangkan, stunting adalah kondisi gagal tumbuh pada anak akibat kekurangan gizi dan infeksi yang berlangsung lama. Salah satu indikator stunting adalah tinggi badan anak yang lebih rendah dibanding standar usianya.
“Stunting bukan kondisi permanen. Dengan intervensi gizi yang tepat, anak yang terindikasi bisa mengejar ketertinggalan pertumbuhannya sesuai dengan usianya,” tegasnya.
Berdasarkan data semester I tahun 2025, Puskesmas Mekar mencatat sebanyak 22 bayi yang terindikasi mengalami stunting, serta 60 bayi lainnya masuk kategori berisiko tinggi. Setelah ditemukan, tim puskesmas langsung melakukan pemantauan dan intervensi sesuai kondisi masing-masing anak.

“Hingga saat ini, program intervensi masih terus berjalan. Namun kami belum bisa merilis data indikator keberhasilannya karena proses pengolahan data masih berlangsung,” ucapnya.
Ia juga menyampaikan harapannya agar masyarakat, khususnya ibu hamil, aktif memeriksakan kandungannya secara rutin di fasilitas kesehatan terdekat. Dengan pemeriksaan berkala, kondisi ibu dan janin dapat dimonitor secara menyeluruh.
“Kami berharap warga, khususnya ibu hamil, rutin cek kandungannya di puskesmas agar kesehatan ibu dan bayinya bisa ditracking. Dengan begitu, stunting bisa dicegah sedini mungkin,” pungkasnya.
Post Views: 63