Pemprov Sultra Fokus Kembangkan Hilirisasi Pala, Dapat Dukungan 500 Hektare dari Pemerintah Pusat

1 day ago 14

Kendari – Pemerintah Provinsi (Pemprov) Sulawesi Tenggara (Sultra) terus memperkuat pengembangan hilirisasi sektor perkebunan sebagai bagian dari upaya mewujudkan visi-misi Gubernur, Andi Sumangerukka dalam membangun ekonomi daerah yang berkelanjutan. Langkah ini sejalan dengan Asta Cita Presiden dan difokuskan pada peningkatan nilai tambah komoditas unggulan daerah, terutama pala.

Kepala Dinas Perkebunan dan Hortikultura Sultra, Laode Muhammad Rusdin Jaya, mengatakan bahwa pada tahun 2025, Sultra menerima bantuan seluas 500 hektare dari Kementerian Pertanian (Kementan) untuk pengembangan pala di dua daerah, yakni Kabupaten Buton (200 hektare) dan Kabupaten Kolaka Utara (300 hektare).

“Bantuan dari pemerintah pusat ini diberikan dalam bentuk fasilitas bagi petani, seperti benih, pupuk, dan biaya tenaga kerja. Dengan dukungan tersebut, tidak ada alasan bagi petani untuk tidak produktif,” ujar Rusdin di Kendari, Rabu (12/11/2025).

Penanaman pohon oleh Gubernur Sultra, Andi Sumangerukka pada lahan yang akan dibangun Sekolah Garuda di Desa Lebo Jaya, Kecamatan Konda, Konawe Selatan.Penanaman pohon oleh Gubernur Sultra, Andi Sumangerukka pada lahan yang akan dibangun Sekolah Garuda di Desa Lebo Jaya, Kecamatan Konda, Konawe Selatan. Foto: Hasmin Ladiga/Kendariinfo. (8/10/2025).

Ia menjelaskan, bantuan ini merupakan bagian dari kerja sama antara Pemprov Sultra dan Kementan dalam memperkuat sektor hulu sebagai pondasi hilirisasi perkebunan. Selain pala, pemerintah juga memprioritaskan tiga komoditas unggulan lain, yaitu kelapa, kakao, dan mete.

Untuk tahun yang sama, lanjutnya, Sultra juga mendapatkan alokasi 1.300 hektare bantuan penguatan hulu untuk komoditas kakao, yang tersebar di lima kabupaten: Kolaka Utara, Kolaka Timur, Konawe Selatan, Bombana, dan Konawe Utara.

Menurut Rusdin, program penguatan hulu ini akan berlangsung hingga 2027, sebelum berlanjut ke tahap hilirisasi pada 2028 melalui pembangunan pabrik pengolahan di beberapa daerah.

“Kalau produksi dan produktivitas sudah cukup kuat, maka pada 2028 kita akan mulai membangun pabrik mete, kakao, tebu, dan kelapa. Ini menjadi langkah besar untuk mendorong tumbuhnya industri kecil, menengah, dan besar di Sulawesi Tenggara,” jelasnya.

Ia menegaskan, hilirisasi menjadi kunci agar hasil perkebunan Sultra tidak lagi dijual dalam bentuk bahan mentah. Dengan adanya industri pengolahan di daerah, nilai tambah produk meningkat dan lapangan kerja baru bisa tercipta.

“Selama ini produk kita masih dijual gelondongan. Melalui hilirisasi, kita ingin menciptakan nilai ekonomi yang lebih tinggi dan memperkuat ketahanan ekonomi petani lokal,” pungkasnya.

Post Views: 14

Read Entire Article
Rapat | | | |