Baubau – Tradisi dan ritual adat Santiago kembali digelar sebagai bagian dari rangkaian peringatan Hari Ulang Tahun (HUT) ke-21 Kota Baubau, Sabtu (18/10/2025).
Kegiatan sakral itu dilaksanakan di kawasan Benteng Wolio, Kelurahan Melai, Kecamatan Murhum, yang dipimpin langsung oleh Penjabat (Pj.) Sekretaris Daerah (Sekda) Kota Baubau, Meizat Amril Tamim, bersama unsur Forkopimda dan jajaran kepala OPD.
Ritual Santiago merupakan tradisi turun-temurun dari Kesultanan Buton sebagai bentuk penghormatan kepada para sultan dan leluhur yang telah berjasa membangun peradaban Buton. Setiap tahunnya, prosesi ini menjadi momen sakral yang menyatukan unsur pemerintahan, adat, dan masyarakat dalam semangat kebersamaan serta penghargaan terhadap sejarah.
Pj. Sekda Baubau, Meizat Amril Tamim saat berziarah ke makam sultan-sultan Buton, sebagai rangkaian tradisi Santiago dalam rangka HUT ke-21 Kota Baubau Tahun 2025. Foto: Istimewa. (18/10/2025).Pelaksanaan ritual diawali dari Kamali Kara, kemudian dilanjutkan dengan ziarah ke makam Sultan Murhum, yakni sultan Buton pertama, serta beberapa makam sultan dan tokoh adat lainnya di sekitar kawasan keraton. Prosesi berlangsung khidmat, diiringi pembacaan doa oleh perangkat masjid keraton yang turut hadir bersama peserta ziarah.
Pj. Sekda Kota Baubau, Meizat Amril Tamim, mengatakan Benteng Keraton Buton menjadi pusat kegiatan Santiago karena memiliki nilai sejarah tinggi. Selain menjadi simbol kejayaan Kesultanan Buton, benteng ini juga dikenal sebagai benteng terluas di dunia.
“Ritual Santiago ini sudah menjadi bagian dari budaya dan tradisi masyarakat Baubau. Dahulu dilakukan pada malam hari setelah salat Idulfitri, namun sekarang dilaksanakan pada pagi hari agar lebih mudah diikuti masyarakat luas,” ujar Meizat melalui keterangan resminya.
Ia menegaskan, pelestarian adat Santiago merupakan bentuk tanggung jawab bersama untuk menjaga warisan leluhur agar tetap hidup di tengah arus modernisasi. Pemerintah Kota Baubau, kata dia, terus berupaya memastikan tradisi ini tetap eksis dan diwariskan kepada generasi muda.
“Kita sebagai generasi penerus wajib menjaga dan melestarikan budaya dan tradisi agar tidak hilang ditelan zaman. Pemerintah Kota Baubau hadir bukan hanya untuk pembangunan fisik, tetapi juga menjaga marwah budaya dan nilai-nilai adat yang telah diwariskan,” ucapnya.
Menurut Meizat, menjaga tradisi Santiago menjadi penting karena di banyak daerah lain masih mencari model pelestarian budaya yang tepat. Sedangkan Kesultanan Buton telah memiliki warisan budaya yang utuh dan bernilai tinggi, tinggal dipertahankan serta dikembangkan agar tetap relevan di masa kini.
“Santiago bukan hanya ritual, tetapi juga simbol identitas masyarakat Buton. Di sinilah nilai-nilai kebersamaan, religiusitas, dan penghormatan terhadap leluhur terus hidup. Ini yang harus terus kita jaga bersama,” bebernya.
Ia berharap tradisi Santiago terus menjadi agenda tahunan dalam perayaan HUT Kota Baubau, sekaligus menjadi daya tarik wisata budaya yang memperkenalkan nilai-nilai Buton ke tingkat nasional bahkan internasional.
“Selama kita terus merawat dan melestarikannya, budaya Buton akan tetap hidup, dan Baubau akan selalu dikenal sebagai kota beradat, bersejarah, dan berperadaban,” tutupnya.
Post Views: 68

4 days ago
21

















































