Konawe – Masyarakat di Kecamatan Routa, Kabupaten Konawe, Sulawesi Tenggara (Sultra), menyuarakan kekecewaan terhadap aktivitas PT Sulawesi Cahaya Mineral (SCM) yang terus mengirim ore nikel dari wilayah mereka ke Morowali, Sulawesi Tengah (Sulteng). Sepanjang 2025 saja, sekitar 19 juta ton tanah diperkirakan dikirim tanpa kejelasan pembangunan smelter sebagaimana yang pernah dijanjikan perusahaan.
Warga Routa, Rafli, mengungkapkan masyarakat merasa dikhianati setelah dua dekade menjalin kerja sama dengan PT SCM. Warga telah menyerahkan ribuan hektare lahan damar dan kawasan Danau Taparran Teo untuk mendukung proyek tambang dan pembangunan industri nikel. Namun, hingga kini janji kesejahteraan dan pembangunan smelter belum terwujud.
“Selama 20 tahun kami percaya pengorbanan kami akan dibayar dengan kehidupan yang lebih baik. Namun, yang terjadi tanah kami diambil jutaan ton dan dikirim keluar daerah tanpa kami rasakan,” ujar Rafli kepada Kendariinfo, Jumat (24/10/2025).
Menurutnya, wilayah Routa menyimpan potensi sumber daya nikel cukup besar. Estimasi cadangan di kawasan itu mencapai 1 miliar ton nikel. PT SCM yang beroperasi di Konawe menguasai konsesi seluas 21.100 hektare, dengan kandungan sekitar 13,8 juta ton nikel (kadar Ni 1,22 persen) dan 1 juta ton kobalt (kadar Co 0,08 persen). Tambang itu memproduksi bijih limonit serta saprolit dan diproyeksikan memiliki umur operasi jangka panjang.
“Bayangkan, potensi sebesar itu diambil dari tanah kami, tetapi manfaatnya tak dirasakan masyarakat Routa maupun Pemerintah Sultra. Semua hanya lewat di depan mata,” tegas Rafli.
Ia juga menyoroti program pemberdayaan masyarakat, pembinaan UMKM, hingga peluang kerja bagi warga lokal nyaris tidak ada. Menurutnya, keberadaan tambang seharusnya menjadi sumber kemakmuran dan pembangunan ekonomi daerah.
“Kami hanya menuntut keadilan. Kami ingin smelter dibangun di sini, agar kami tidak selamanya jadi penonton di tanah sendiri,” beber Rafli.
Rafli mengungkapkan saat ini Indonesia Konawe Industrial Park (IKIP) yang awalnya diproyeksikan untuk smelter tinggal kenangan. Semua peralatan untuk pembangunan smelter berangsur dipindahkan, membuat kekecewaan warga Routa kian meningkat.
“Semua peralatan-peralatan yang dipakai membangun smelter sudah kosong. Sudah dipindahkan. Malah sudah ada pipa besar yang mau dibangun menuju ke Morowali. Karyawan-karyawan IKIP sudah di-PHK,” tutupnya.
Warga sudah melakukan pertemuan dengan Gubernur Sultra, Andi Sumangerukka, dan jajaran pemprov pada September 2025 lalu. Warga juga menemui DPRD Sultra untuk melaksanakan RDP dengan PT SCM beberapa waktu lalu. Namun, warga Routa belum menemukan kejelasan terkait harapan seluruh masyarakat.
Post Views: 72

3 days ago
20

















































