Kendari – Bank Rakyat Indonesia (BRI) melalui jaringan Agen BRILink terus memperluas inklusi keuangan hingga ke wilayah-wilayah terpencil, termasuk desa-desa yang selama ini sulit dijangkau karena keterbatasan jaringan.
Di bawah koordinasi BRI Cabang Kendari Samratulangi, sejumlah desa di Kabupaten Konawe Selatan (Konsel) yang tergolong sebagai kawasan blindspot kini telah memiliki akses layanan perbankan berkat kehadiran Agen BRILink yang difasilitasi dengan teknologi VSAT.
“Contohnya, kami telah membuka layanan BRILink di lima desa yang sebelumnya sangat sulit mendapatkan sinyal. Kini, lewat pemasangan VSAT, warga bisa melakukan berbagai transaksi perbankan langsung di desanya,” ujar Pimpinan Cabang BRI Kendari Samratulangi, Evand Erlangga kepada Kendariinfo, Senin (21/4/2025).
Lima BRILink yang masuk kategori pelosok terpencil di Kabupaten Konawe Selatan:
- BRILink Fatahillah di Desa Mokoau, Kecamatan Angata.
- BRILink Ridha di Desa Wawobende, Kecamatan Landono.
- BRILink Muh. Alfeckry di Desa Watu-Watu, Kecamatan Landono.
- BRILink Riska di Desa Awalo, Kecamatan Buke.
- BRILink Asqiara di Desa Koronua, Kecamatan Sabulakoa, Konsel.
Evand menjelaskan, kehadiran BRILink membawa perubahan besar dalam kehidupan masyarakat desa. Warga tak lagi perlu pergi ke kota atau kantor cabang hanya untuk sekadar tarik atau setor tunai. Agen BRILink melayani berbagai transaksi seperti transfer antarbank, pembayaran tagihan, top up e-wallet, hingga pencairan bantuan sosial seperti PKH dan BLT Dana Desa.
“Yang dulunya butuh waktu dan biaya ke kota, sekarang cukup ke rumah Agen BRILink terdekat. Pelayanannya cepat, ramah, dan masyarakat merasa nyaman karena mereka kenal langsung dengan agennya,” jelasnya.
Tak hanya untuk kebutuhan pribadi, pelaku UMKM dan warung-warung kecil pun ikut terbantu karena bisa melakukan transaksi usaha dengan lebih mudah. Bahkan, sebagian dari mereka menjadi Agen BRILink itu sendiri.
Meski membawa banyak manfaat, keberadaan BRILink di desa terpencil tidak lepas dari tantangan. Beberapa kendala teknis yang sering dihadapi agen adalah koneksi internet yang tidak stabil, perangkat yang kurang memadai, hingga keterbatasan pemahaman digital bagi agen yang baru atau berusia lanjut. Selain itu, faktor keamanan juga menjadi perhatian, mengingat sebagian agen mengelola uang tunai dalam jumlah besar.
“Kami terus melakukan pendampingan, termasuk dari mantri BRI, agar agen bisa tetap optimal memberikan pelayanan,” jelasnya.
Menurut Evand, masyarakat kini lebih sering bertransaksi melalui Agen BRILink dibanding datang langsung ke kantor cabang. Hal ini tak lepas dari fleksibilitas waktu operasional agen yang kadang buka sampai malam, bahkan hari libur. Layanan ini dirasakan lebih efisien dan dekat dengan keseharian warga, terutama bagi lansia, petani, dan nelayan yang sulit meninggalkan pekerjaan mereka.
“Dengan fitur layanan yang lengkap dan kemudahan akses, BRILink kini menjadi simbol kemajuan dan kemandirian desa,” pungkas Evand.
Post Views: 104