Rezim Assad Diam-diam Pindahkan Kuburan Massal, Tutup 'Jejak Kekejian'

5 hours ago 4

Jakarta, CNN Indonesia --

Pemerintahan mantan Presiden Suriah Bashar Al Assad diam-diam membongkar kuburan massal, untuk memindahkan diduga ratusan jenazah yang korban pembunuhan rezimnya ke lokasi lain.

Reuters mendapati temuan ini usai melakukan investigasi dengan mewawancarai 13 orang yang tahu langsung soal ini, serta memeriksa dokumen yang dibuat oleh para pejabat yang terlibat dan menganalisis ratusan citra satelit dari makam-makam yang terlibat.

Berdasarkan hasil penyelidikan Reuters, militer Assad pada tahun 2019 hingga 2021 memerintahkan untuk membongkar kuburan massal di Qutayfah dan membuat kuburan massal lain yang sangat besar di padang pasir di luar Kota Dhumair. Belum pernah ada laporan mengenai pemindahan jenazah ini sebelumnya.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Operasi pemindahan jenazah dari Qutayfah ke lokasi tersembunyi yang berjarak puluhan kilometer itu dinamakan "Operasi Pindahkan Bumi" atau Operation Move Earth. Tujuannya, untuk menutupi kejahatan pemerintahan Assad dan memulihkan citranya. Hal ini diungkap oleh para saksi yang bicara kepada Reuters.

Dalam laporannya, Reuters menyatakan bahwa kuburan tersebut merupakan salah satu kuburan terluas yang pernah dibangun selama perang suadara Suriah. Menurut saksi mata dan ukuran situs, kemungkinan terdapat puluhan ribu orang dimakamkan di sana.

Para saksi mengatakan pemerintah Assad mulai menguburkan jenazah di Qutayfah sekitar tahun 2012 atau di awal perang saudara. Kuburan massal tersebut berisi jenazah tentara dan tahanan yang meninggal di penjara dan rumah sakit militer.

Seorang aktivis hak asasi manusia (HAM) Suriah pada 2014 mengungkap keberadaan makam Qutayfah dengan merilis foto-foto ke media lokal. Ia saat itu memberi tahu soal adanya kuburan massal dan lokasinya yang berada di pinggiran Damaskus.

Lokasi persis makam Qutayfah akhirnya terungkap beberapa tahun kemudian, karena kesaksiannya di pengadilan serta laporan-laporan dari media.

Menurut para saksi, selama empat malam nyaris setiap minggu dari Februari 2019 hingga April 2021, enam sampai delapan truk berisi tanah dan jenazah diangkut dari Qutayfah ke lokasi gurun Dhumair.

Reuters tak ingin mengungkap lokasi persis kuburan di gurun Dhumair karena khawatir akan potensi adanya penyusup yang berupaya merusak makam.

Reuters juga tidak dapat memastikan apakah jenazah dari tempat lain juga dipindahkan ke kuburan rahasia tersebut. Tidak ada dokumentasi mengenai operasi ini maupun kuburan massal yang bisa ditemukan.

Saat ditanya, semua orang yang terlibat langsung mengingat betul bagaimana bau busuk jenazah saat itu. Mereka yang diwawancara di antaranya dua pengemudi truk, tiga mekanik, seorang operator buldoser, dan seorang mantan perwira dari Garda Republik elit Assad.

Assad, yang kini mendapat suaka di Rusia karena digulingkan, tak bisa dihubungi untuk dimintai komentar. Beberapa pejabat militer yang disebut-sebut sebagai tokoh kunci operasi oleh para saksi mata juga tak bisa dimintai keterangan.

Banyak yang sudah meninggalkan Suriah pasca penggulingan oleh Ahmed Al Sharaa, presiden Suriah saat ini.

Berdasarkan keterangan mantan perwira, gagasan untuk memindahkan ribuan jenazah muncul pada akhir 2018 ketika Assad hampir meraih kemenangan dalam perang saudara Suriah.

Sang diktator disebut berharap mendapatkan kembali pengakuan internasional setelah lolos dari sanksi dan tuduhan kebrutalan selama bertahun-tahun.

Assad kala itu dituduh menahan ribuan warga Suriah. Namun, tak ada kelompok independen Suriah maupun organisasi internasional yang memiliki akses ke penjara maupun kuburan massal untuk membuktikan tuduhan tersebut.

Dua pengemudi truk dan petugas mengatakan kepada Reuters mereka diberi tahu oleh komandan militer bahwa tujuan pemindahan jenazah adalah untuk membersihkan Qutayfah dan menyembunyikan bukti pembunuhan massal.

Kelompok-kelompok HAM Suriah meyakini lebih dari 160 ribu orang hilang selama kurun waktu itu. Mereka diyakini dikubur di kuburan massal Assad.

Penggalian terorganisir dan analisis DNA sebetulnya dapat membantu melacak apa yang terjadi pada mereka. Namun, sumber daya di Suriah terbatas dan kuburan massal yang terkenal sekalipun sebagian besar tidak dilindungi.

Reuters telah memberi tahu pemerintahan Presiden Al Sharaa mengenai temuan ini pada Selasa (14/10) namun belum ada tanggapan.

Pemerintahan Al Sharaa sejauh ini belum merilis satu pun dokumentasi mengenai orang-orang yang dimakamkan di sana, meskipun keluarga korban berulang kali meminta bantuan.

Menteri Darurat dan Penanggulangan Bencana Suriah, Raed Al Saleh, mengatakan banyaknya korban dan kebutuhan untuk membangun kembali sistem peradilan telah menghambat upaya tersebut.

Komisi Nasional untuk Orang Hilang Suriah sementara itu telah mengumumkan rencana untuk membuat bank DNA dan platform digital bagi keluarga korban hilang.

Para pengemudi, mekanik, dan orang lain yang terlibat dalam pemindahan jenazah tersebut mengatakan bahwa bicara pada saat operasi rahasia akan berujung pada kematian.

"Tak seorang pun berani melanggar perintah," kata seorang pengemudi.

"Anda sendiri bisa saja berakhir di dalam lubang."

(blq/dna)

Read Entire Article
Rapat | | | |