Jakarta, CNN Indonesia --
Upaya aksi kudeta pemerintahan terjadi lagi di Afrika. Mengutip dari AFP, dalam lima tahun terakhir setidaknya sudah sepuluh negara di Afrika yang terjadi kudeta.
Kali ini upaya kudeta berlangsung di Benin, negara di bagian Afrika barat. Pada Minggu (7/12) ini, sekelompok tentara muncul di stasiun televisi pemerintah dan mengumumkan penggulingan Presiden Benin, Patrice Talon.
Namun, Kementerian Dalam Negeri (Kemendagri) Benin menyatakan militer yang setia pada negara telah menggagalkan upaya kudeta oleh sekolompok tentara tersebut.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Sekelompok kecil tentara melancarkan pemberontakan dengan tujuan mengganggu stabilitas negara dan institusi-institusinya," kata Mendagri Benin, Alassane Seidou, seperti dikutip dari Aljazeera.
"Menghadapi situasi ini, Angkatan Bersenjata Benin dan pimpinannya tetap mengendalikan situasi dan menggagalkan upaya tersebut," tambahnya.
Walaupun demikian, hingga berita ini ditulis, belum ada pernyataan resmi dari Talon, termasuk kabar keberadaannya.
Sebelumnya, kantor kepresidenan Benin hanya mengeluarkan pernyataan bahwa presiden tersebut 'aman dan selamat'.
Talon sebelumnya telah berkuasa memerintah negara itu sejak 2016 silam. Para tentara itu mengumumkan diri mereka sebagai 'Komite Militer untuk Reformasi' (CMR).
"Bapak Patrice Talon dicopot dari jabatannya sebagai presiden republik," demikian pernyataan mereka di stasiun televisi pemerintah.
Mengutip dari CNN, mereka menyebut Letkol Pascal Tigri telah ditunjuk menjadi Presiden Komite Militer itu.
Pengumuman pengambilalihan pemerintahan itu menyusul dua kudeta di Madagaskar dan Guinea-Bissau dalam beberapa bulan terakhir. Benin berbatasan di utara dengan Niger dan Burkina Faso, yang juga telah mengalami pengambilalihan militer.
Di sisi lain, pendukung Talon menyatakan yang mengumumkan kudeta hanyalah kelompok kecil. Talon tetap aman, dan militer yang setia pada pemerintah mengambil alih kendali.
"Ini adalah sekelompok kecil orang yang hanya mengendalikan televisi. Tentara reguler sedang mengambil alih kendali. Kota dan negara sepenuhnya aman," kata juru bicara Talon kepada AFP.
"Hanya tinggal waktu saja sebelum semuanya kembali normal. Pembersihan berjalan dengan baik," imbuhnya.
Berdasarkan pantauan para jurnalis asing di Cotonou--ibu kota Benin--tentara-tentara terlihat memblokir akses ke stasiun televisi pemerintah dan kantor kepresidenan.
Jalur akses ke sejumlah area penting--termasuk distrik yang menjadi basis institusi internasional--di Cotonou juga diblokir tentara.
Namun, sejauh ini tak terlihat kehadiran militer baik di airport maupun wilayah-wilayah lain di ibu kota Benin itu. Selain itu, para warga juga masih beraktivitas seperti biasa.
Di satu sisi, Kedutaan Besar Prancis di Benin melalui akun X menyatakan 'suara tembakan terdengar di Kamp Guezo, dekat kediaman resmi presiden'.
Demi keamanan, mereka mengimbau warga negara Prancis untuk tetap berada di dalam rumah demi keamanan.
Sementara itu, sumber di militer Benin menyatakan situasi sudah 'dalam kendali', dan pelaku upaya kudeta gagal mengambil alih kediaman Talon maupun kantor kepresidenan.
Adapun Talon yang telah berkuasa sejak 2016 silam, semula dijadwalkan untuk mengundurkan diri April mendatang setelah pemilihan presiden.
Bulan lalu, DPR Benin memutuskan untuk memperpanjang masa jabatan presiden dari lima menjadi tujuh tahun, dengan batas masa jabatan tetap dua tahun.
Setelah merdeka dari Prancis pada 1960 silam, Benin kerap mengalami banyak kudeta. Namun, dikutip dari CNN, sejak 1991 silam negara Afrika barat itu telah stabil secara politik setelah dua dekade pemerintahan Mathieu Kérékou, seorang Marxis-Leninis yang mengganti nama negara menjadi Republik Rakyat Benin.
Benin adalah sebuah negara yang menjadi poros maritim cukup esensial di Afrika, terutama Afrika barat.
Negara itu memainkan peran penting dalam pengiriman barang dan jasa melalui laut ke Nigeria--yang memiliki lebih banyak pelabuhan---dan banyak negara Afrika Barat lainnya.
(kid)

22 hours ago
4













































