CNN Indonesia
Selasa, 03 Jun 2025 19:01 WIB

Jakarta, CNN Indonesia --
Perdana Menteri Mongolia, Luvsannamsrain Oyun-Erdene, mengundurkan diri dari jabatan pada Selasa (3/6), usai didemo rakyatnya dengan tuduhan korupsi.
Oyun-Erdene dan keluarganya dituduh melakukan praktik korupsi dan bergaya hidup serba mewah, di tengah kondisi negara yang tengah terpuruk.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Setelah didemo selama beberapa pekan, Oyun-Erdene mengumumkan pengunduran dirinya setelah kalah dalam mosi tidak percaya di parlemen.
"Merupakan suatu kehormatan untuk mengabdi kepada negara dan rakyat saya di masa-masa sulit, termasuk pandemi, perang, dan perang tarif," kata Oyun-Erdene usai hasil pemungutan suara diumumkan di parlemen, seperti dikutip AFP.
Dia akan tetap menjabat sebagai perdana menteri sementara, sampai penggantinya ditunjuk dalam waktu 30 hari.
Aksi unjuk rasa selama berminggu-minggu di Mongolia bermula dari sebuah unggahan viral tentang kehidupan mewah putra Oyun-Erdene, yang berusia 23 tahun.
Dalam unggahan itu, putra Oyun-Erdene disebut bergaya hidup mewah termasuk kerap menggunakan helikopter untuk bepergian, memakai cincin mahal, tas desainer, hingga mobil mewah.
Kecurigaan terus berkembang soal bagaimana sang putra bisa mengumpulkan kekayaan seperti itu, terutama karena PM Oyun-Erdene berkampanye dengan mengatakan bahwa dia berasal dari keluarga pedesaan yang tidak kaya.
Seorang anggota kelompok Ogtsroh Amarhan yang menggelar aksi protes, Amina, mengatakan aksi itu bukan semata karena dipicu unggahan di medsos, namun sebagai bukti semakin lebarnya kesenjangan antara elite penguasa dan rakyat biasa.
"Biaya hidup di Mongolia terus meroket, banyak orang membayar hampir setengah pendapatan bulanannya untuk pajak, sementara hampir tidak cukup untuk membayar makanan, sewa, dan utilitas," ungkap Amina.
Selama aksi protes itu, Kantor PM Mongolia membantah adanya penyimpangan keuangan negara.
"PM membuat deklarasi keuangan rutin setiap tahun sesuai dengan hukum Mongolia," demikian pernyataan kantor PM.
Selama puluhan tahun, Mongolia berjuang melawan korupsi yang merajalela. Aksi protes juga terus dilakukan dengan tuduhan para pejabat pemerintah dan pemimpin bisnis yang korup terus memperkaya diri mereka dengan uang negara.
(dna)