CNN Indonesia
Kamis, 04 Sep 2025 13:58 WIB

Jakarta, CNN Indonesia --
China memamerkan sejumlah senjata baru nan canggih saat parade militer dalam rangka memperingati 80 Tahun Perang Dunia Berakhir di Lapangan Tiananmen, Beijing, pada Rabu (3/9).
Dalam kesempatan itu, Tentara Pembebasan Rakyat (PLA) menampilkan berbagai alat utama sistem pertahanan canggih, termasuk sistem persenjataan yang menunjukkan kemampuan China dalam memproyeksikan kekuatan mereka.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Dalam pidato di acara itu, Presiden Xi Jinping juga menekankan modernisasi persenjataan dan menyebut China tak terkalahkan.
Berikut penampakan senjata baru China
Rudal Dongfeng-16
China telah meluncurkan banyak rudal termasuk varian baru Dongfeng-61. Peluru kendali ini bisa membawa beberapa hulu ledak nuklir di bagian depan.
Dongfeng 16 adalah rudal balistik jarak pendek (SRBM) berbahan bakar padat China dengan jangkauan 800-1.000 km. Misil ini terkenal karena presisi dan kemampuan bermanuver di udara untuk menghindari sistem pertahanan rudal.
Drone AJX-002
China juga punya berbagai macam drone, beberapa di antaranya menggunakan kecerdasan buatan (intelligence artificial) AJX-002.
Drone itu juga dikenal wahana bawah air tak berawak ekstra besar (XLUUV) yang panjangnya mencapai 20 meter. Drone ini kemungkinan bisa melakukan pengawasan dan pengintaian.
Drone siluman GJ-11
China juga memamerkan pesawat tanpa awak serang siluman GJ-11 yang dijuluki loyal wingman. Drone ini bisa terbang bersama jet tem[ut berawak dan membantu serangan.
Serigala robot (robotic wolves)
Para ahli mengatakan drone ini bisa digunakan untuk berbagai tugas, mulai dari pengintaian, pembersihan ranjau, hingga memburu tentara musuh.
Asisten profesor program transformasi militer di Universitas Teknologi Nanyang Singapura Michael Raska mengatakan pertunjukan drone itu memperlihatkan arah yang jelas ingin diambil China dengan strategi militer.
China, kata dia, juga banyak belajar dari perang Ukraina bahwa drone bisa menghancurkan pertahanan musuh.
"[China] tak cuma menambah senjata, tetapi mengganti struktur tradisional," ujar Raska.
(isa/bac)